Manda dan Biru #TheParagraph12
Kebahagiaan itu ada dalam diri kita sendiri. Kurasa aku menyetujui gagasan ini. Selama ini aku terlalu sibuk dengan pikiranku tentang mereka yang tak terlalu suka dengan pilihanku hingga membuatku menjatuhkan diri dalam ruang kesedihan yang ku ciptakan sendiri. Aku melihatnya tersenyum di sana pun sudah menumbuhkan kebahagiaan dalam hatiku. Andai aku bisa mendekatkan langkahku ke sana sekedar ikut merasakan kehangatan itu, sayangnya aku tak ingin merusaknya. Senyum yang satu dibalas dengan senyuman yang lebih hangat. Bahagia, sesederhana itu.
xxx
Di kamar kost ku yang kecil ini
aku membaringkan tubuhku yang telah lelah berputar-putar di jalanan. Lagi-lagi
aku dibuatnya tersenyum. Peristiwa tadi tak akan pernah mungkin aku lupakan.
Sahabatku memberi arti kebahagiaan untukku. Tadi itu benar Manda dengan dua
orang bocah yang melingkupinya dan seorang kepala keluarga yang melindunginya.
Seorang kepala keluarga yang berhasil memposisikan dirinya di deretan paling
depan diantara orang-orang malas yang hanya bisa meminta-minta. Kepala keluarga
yang sempurna meskipun tak sempurna dalam hal fisik. Dan aku sulit mempercayai
bahwa istri dari seorang kepala keluarga tersebut adalah Manda. Sosok wanita
yang putih dan lenjang yang seharusnya lebih cocok berada di dalam kantor malah
berada dalam keluarga tersebut. Dengan dipenuhi tawa anak kecil yang berlarian.
Rasanya seperti mimpi melihat
Manda dalam keadaan seperti sekarang. Manda bukanlah anak dari seorang yang
berkekurangan, tapi ia memilih mendampingi seorang lelaki yang tidak sempurna
dalam fisik yang lahir diantara keluarga yang sangat sederhana. Aku masih bisa
merasakan pelukan hangat Manda ketika aku mendatangi rumahnya. Dia pun
terheran-heran ketika aku tahu keberadaannya. Sedangkan aku melontarkan
beberapa kalimat yang sedari dulu lama aku simpan. Kemana? Kenapa? Akhirnya
Manda menceritakan seluruh perjalanan hidupnya setelah wisuda sampai sekarang.
Setelah wisuda dia mengikuti
ajakan Pamannya di luar pulau Jawa. Meskipun awalnya orang tuanya bersikukuh
tak mengijinkan, tapi dengan nekad dan niat yang kuat Manda berhasil mendapat
restu itu. Akhirnya pergilah Manda ke daerah pertambangan. Dimana ia belajar
dari mimpi-mimpi anak-anak kecil yang ia temui di sana. Dia memang menyukai
anak kecil sedari dulu. Handphone-nya hilang entah terjatuh di mana. Jaringan
internet pun tak ada. Maka hanya nomor orang tuanya saja yang ia ingat. Sampai akhirnya dia bertemu dengan lelaki
bernama Herdy. Herdy adalah salah satu pegawai konstruksi di daerah itu.
Singkatnya akhirnya mereka menjalani sebuah hubungan yang serius. Orang tua
Manda pun sudah mengetahui hal itu. Mereka menyetujuinya. Sampai akhirnya
sesuatu terjadi pada Herdy. Ketika itu sedang terjadi gempa hebat dan Herdy
berada di dalam sebuah bangunan yang belum selesai. Herdy tak segera pergi dari
sana karena percaya akan konstruksi yang dibuatnya. Tapi ternyata Tuhan
berkehendak lain. Gempa yang terjadi jauh lebih besar dari yang diperkirakan. Herdy
pun jatuh tersungkur ketika akhirnya berusaha keluar dari bangunan itu. Belum juga
bangkit kedua kakinya malah terkena runtuhan tiang dan bagian bangunan lainnya.
Suara permintaan tolong dari segala sudut telah berhasil menenggelamkan suara
Hendry yangsemakin parau. Dua hari setelah itu tubuh Herdy berhasil ditemukan.
Dan alangkah luar biasanya dia masih bernapas, dia masih bertahan mesk tanpa
makan dan minum selama itu. Bisa dibayangkan bagaimana tangis Manda saat itu.
Apalagi ketika tahu kedua kaki Herdy harus diamputasi karena telah patah dan
mulai membusuk. Kabar itu pun terdengar sampai ke telinga orang tua Manda.
Alih-alih orang lain ikut berduka akibat peristiwa itu mereka malah meminta
Manda melepaskan Herdy. Mereka berpikir apalah yang akan bisa diberikan seorang
yang tak memiliki sepasang kaki kepada anaknya yang cantik sempurna. Tapi Manda
menolak. Sampai akhirnya Ayah Manda menjadi wali dalam pernikahan mereka yang
sederhana pula. Setelah itu Ayah dan Ibunya pergi ke luar negeri. Mereka tak
ingin melihat kesulitan yang mungkin terjadi pada Manda. Bukan main Manda
memilih hidupnya. Semua tetap sama ketika Manda dan Herdy memiliki tabungan.
Tapi ketika Manda hamil, dan adik-adik Herdy memohon pertolongan biaya
pendidikan. Semua tabungan pun habis. Setelah menangis bersama dan
bersungguh-sungguh dalam doa. Dengan kreativitasnya, Herdy mampu membuat motor
untuk dirinya sendiri dan memili usaha kecil yang sekarang sudah mulai
membesar. Sampai akhirnya sekarang mereka memiliki dua anak yang sehat dan
lincah. Sekali lagi aku ingat Bagaimana Manda mengucapkan kalimat itu dengan
senyumnya yang menawan. “Bahagia itu
sederhana Ca...”
xxx
Di bawah pohon kenari di bukit biru aku memandang langit
untuk kesekian kalinya. Sambil sesekali mengetik beberapa kalimat yang muncul
di langit sana ke dalam netbook yang ku bawa. Kalimat-kalimat Manda
bergelantungan di langit sana. Aku masih menunggu pelangi. Masih.
“Hei, sedang apa?”
“Menunggu pelangi”
Loh, suara siapa itu? Tak sadar aku baru saja menjawab
pertanyaan seseorang yang tiba-tiba ada di sampingku.
“suka memandang
langit?” tanyanya lagi.
aku menganguk pelan. dan dia menjawab anggukanku juga dengan
pasti. “Aku juga”
Dengan sedikit terbata-bata dan mulai menjagajarak antara posisi
kami, aku ganti bertanya.
“kamu, siapa?”
“Biru”
“Namamu maksudku...”
“Iya. Biru.”
“Oh, namamu sama
seperti bukit ini”
Wajahnya mengerut.
“Ah tidak... hanya aku
saja yang menamainya bukit biru. Karena langit bukit ini selalu ku temui dalam
keadaan biru. Lalu apa tujuanmu kemari?”
“menemuimu”
“Kenapa?” tanyaku
dengan segera.
“Kamu merusak
pandanganku”
“maksudmu?”
“Kau tahu perkebunan
di bawah sana? Aku bekerja di sana. Dan aku terlalu sering melihatmu berjalan
sendiri ke bukit ini.” Jawabnya sambil menunjuk perkebunan penuh sayuran.
“Lalu?”
“Aku ingin mengenalmu.
Aku hanya ingin meminta pertanggungjawabanmu terhadap kerusakan yang terjadi dalam
pandanganku ini”
Aku masih bingung dengan ucapannya, dengan kehadirannya yang
tiba-tiba. Tapi senyumnya dan tatapan matanya membuat hatiku berdesir. “Bahagia itu sederhana Ca...”
Aku mulai bisa
merasakan sedikit bahagia itu Manda, sekarang bersama Biru yang baru ku kenal. Salah
satu warna pelangi sudah muncul. Mungkin warna lainnya akan menyusul?
xxx
Komentar
Posting Komentar