Kejutan #TheParagraph11

Seperti waktu yang terus berjalan, aku tak mungkin berhenti sampai di sini. Kelak aku pasti akan membungkam mulut-mulut itu. Hanya saja aku belum dipertemukan dengan waktu yang akan menyambut segala pilihanku. Inilah pilihanku. Pilihanku yang berada diantara bukan pilihannya. Mungkin inilah salah satu jalan yang terbaik untukku. Aku jadi teringat perkataan seorang teman lama ketika aku bertanya tentang letak kebahagiaan. Dimanakah kebahagian itu berada. Bagaimana bisa menemukan kebahagiaan. Dan dengan cepat dia menjawabnya begitu sederhana namun penuh keyakinan. Letak kebahagiaan itu ada pada hati. Pada cinta. Menurutnya cinta ya cinta. Tak pernah akan ada kata benci di dalamnya. Tak perlu mencari dimana letak kebahagiaan itu. Karena kebahagian itu manusia yang ciptakan sendiri. Kebahagian itu ada pada diri manusia sendiri. Melakukan segala hal dengan cinta. Maka kebahagiaan pun akan datang. Ahh, aku jadi kangen kamu.

Mengingat hal-hal dulu yang pernah terjadi adalah bagian yang terindah yang pernah ada. Sambil memijit-mijit tombol yang berada di hadapanku, aku berharap benda itu akan menunjukkan jumlah yang berbeda, dalam artian bertambah. Berharap-harap cemas dengan harapan ini, akhirnya aku menemukan saldo tabunganku yang bertambah. Yeah! Sesuai dengan telepon yang aku terima sehari sebelumnya. Artikelku mengenai kecenderungan anak-anak yang mengalami salah asuhan tembus lagi di salah satu koran nasional. Mungkin prestige-nya tidak besar, tapi aku tahu betul inilah salah satu jalan menuju letak kebahagiaanku sesungguhnya. Hanya sayangnya, orang-orang yang ku harapkan akan ikut tersenyum dalam kebahagiaanku itu tak pernah meyakini yang ku pilih.

“tuk-tuk-tuk!”

Suara ketukan itu membuatku tersadar bahwa sudah ada antrian panjang di belakangku. Aku pun menarik beberapa uang tunai kemudian segera keluar dari ATM tersebut dengan kepala tertunduk. Aku merasa menjadi orang bodoh setelah berhasil kabur pagi kemarin dan sekarang tatapan-tatapan mereka yang mengantri di belakangku tadi seperti ingin melahapku saja. Huh! belum tahu saja mereka kalau aku pelahap moster dari segala monster yang pernah ada. Aku menggerutu diriku sendiri sambil berjalan menuju Cathy, sampai aku mendengar seseorang memanggilku. Aku membalikkan badan dan mencari sumber suara itu.
“saya?” tanyaku sambil menunjukkan telunjuk ke arah wajahku sendiri.

“Ya, mba!” jawabnya sambil terengah-engah menghampiriku. aku pun menghampirinya. Sepertinya seorang ibu muda.
“Ada apa ya bu?”
“Ini loh mba, tadi saya nemuin kartu ATM ini di atas mesinnya. Saya baru sadar ketika saya selesai mengambil uang dan saya pikir orang yang masuk sebelum saya ya mbak ini...” jelasnya sambil memberikan kartu ATM itu. Astaga! itu benar-benar milikku! Ya Tuhan! Apa jadinya kalau sampai hilang. Aku pun segera berterima kasih pada wanita itu. Begitupun dengannya yang dengan senyum manisnya menyatakan senang telah membantuku. Namun sesaat setelah itu, aku terkesiap. Mematung diri di hadapan wanita itu, ketika seorang lelaki dan anak kecil memanggilnya. Melihat sambutan dari wanita tersebut tentu saja aku menyadari bahwa mereka adalah satu keluarga. Satu keluarga yang sedang berbahagia. Satu keluarga dari mantan kekasihku.
xxx

Aku memacu Cathy dengan cukup cepat. Rasa-rasanya ingin pingsan saja. Aku memang belum sanggup melupakannya. Aku terlalu menyelami hatinya terlampau dalam hingga akhirnya aku tenggelam dalam kekosongan hatinya. Bibirku mungkin mudah saja berkata aku tak terpuruk masalah tadi hanya saja mungkin hati ini benar-benar membutuhkan beberapa lapis balutan kain kassa dengan di penuhi obat merah di sekitar goresan-goresan yang timbul kembali. Air mataku tak sanggup lagi membendungnya dan mengakir begitu saja. Sampai aku melihat seorang laki-laki tanpa kedua kakinya membawa sepeda motor dengan beberapa makanan ringan di belakangnya. Masalah mantanku pun seketika hilang tergantikan kejadian di depanku. Aku benar-benar takjub melihatnya. Air mataku pun berhenti berderai, dan secara otomatis aku memutuskan untuk mengikuti lelaki itu. aku ingin mengetahuinya lebih dalam. Semoga aku bisa mendapatkan cerita yang bisa menginspirasi banyak orang. Kali ini aku mengurangi kecepatanku, mengikuti sepeda motor yang dipenuhi oleh makanan ringan itu. Di setiap warung-warung dan toko makanan ia berhenti. Dan aku melihatnya sendiri dia yang membawa makanan-makanan ringan itu ke dalam dengan menggunakan penyangga kayu di samping kanannya dan satu kantong besar penuh makanan di tangan kirinya. Aku benar-benar dibuatnya takjub.


Kala matahari mulai tenggelam, lelaki itu dengan sepeda motornya yang telah dimodifikasi memasuki sebuah gang kecil. Dan aku melihat bulir-bulir keringat yang jatuh di dahinya terbayar indah oleh suara-suara anak kecil dan suara wanita yang turut mengejar anak-anak itu. Tak berapa lama setelah aku mendengar suara-suara penyambutan keluarga yang harmonis aku kembali mendapatkan kembali kejutan yang sempat tak ku percaya. Bukankah itu Manda?!
xxx

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Lalat Dalam Kesehatan ???

Mimpimu, cita-citamu bercerita.. ^^

Pratugas day 24