Bersama Hujan
www.kompasiana.com
Seharusnya aku
dapat menikmati keseruan hari ini bersama mereka. Teman sepekerjaan dan para
anak didikku dan dia yang sedang kembali. Kala malam tadi serasa pendek karena
berbagai khayal yang timbul oleh semua daya pikirku. Sebelum adzan shubuh
berkumandang aku sudah bangun dan mengecek kembali segala persiapan yang sudah
ku buat malamnya. Setelah aku meyakini bahwa semuanya telah siap, aku segera
menarik handuk dan masuk ke dalam kamar mandi. Selesai mandi, sholat subuh,
mempersiapkan sarapan sendiri dan tiba-tiba tubuhku mendingin. Entah ada
perasaan apa yang muncul dan bila kutengok smart phone-ku tak ada pesan satu
pun yang masuk. Ah, mungkin karena aku terlalu excited menyambut hari ini. Selesai
sarapan, aku segera berpamitan dengan Ayah dan Ibu.
Suasana Sekolah
masih tampak sepi, baru beberapa orang saja yang ada di sana. Ketika matahari
mulai bangun dari peristirahatannya, tampaklah beberapa orang muncul dengan
gayanya masing-masing. 20 menit... 30 menit... belum ada tanda-tanda bus akan
datang. Semangatku mulai loyo. Akhirnya tiga puluh menit lagi kami menunggu,
yang ditunggu datang juga. Kami semua masuk ke dalam bus dan aku segera
melaksanakan kewajibanku untuk mengabsen siswa yang menjadi tanggung jawabku.
Lengkap! Dan kami pun berangkat.
+++
Perjalanan ini
tidak terlalu melelahkan. Karena kemacetan yang terjadi mampu kami lewati
dengan baik. Sungguh hari yang baik. Pikirku saat itu. Hai kamu di sana? Sudah berangkatkah? Sudah sampai mana? Take care...
Kami sedang
memasuki ruas jalan tol. Sebentar lagi, aku harus bertugas kembali menjaga
anak-anak. Di sini sudah mulai gerimis yang nampaknya enggan berhenti. Ah,
mudah-mudahan di tempat nanti gerimis ini tak kan menjadi hujan. Bagaimana denganmu? Apakah pesawatmu sedang
transit? Cerahkan di sana?
Ternyata hujan
deras malah menyambut kami di museum itu. Aku menghela nafas mencoba meyakinkan
diri bahwa di tempat rekreasi yang lainnya nanti akan lebih cerah dari ini. Itu
pula yang selalu ku harapkan dalam perjalananmu pulang. I miss you so...
Bersama mereka aku
mendengarkan secara sekasama apa yang telah dijelaskan oleh guide. Kami
berkeliling dan berfoto bersama. Meski dalam hati kecilku tak pernah tenang
sebelum aku tahu kamu telah menginjakkan kaki lagi di tanah jawa ini. Setelah
dua tahun kamu menginjak tanah yang lain. Tanah
ini masih harum. Tanah ini pun masih merindukanmu. Aku menunggumu..
+++
*ini ditulis tahun 2014 dan yang nulis baru sadar sekarang hahaa
*based on true story
*saat kami berada dalam satu kota yang sama tapi tetap tak mampu untuk bertemu
*Eaaaaaak!!! hahahaaa
*gak lama dari sini ane di khitbah! Yeay! :D
Komentar
Posting Komentar