#1 FACHRI
Ini tentang saya.
Nama saya Fachri.
Saya punya Papa,
Ibu, Adik, Ayah dan wanita sihir.
Saya terlahir
dari Papa dan Ibu.
Saat
lahir, saya merasa saya baik-baik saja. Tapi Ibu dan nenek menganggap saya
lain. Kata mereka saya berbeda. Padahal saya baik-baik saja. Mata saya melihat,
telinga saya mendengar, tangan saya dua,
kaki sayapun dua. Tapi ada apa dengan mereka? Hmm… Tapi cuma nenek yang setia
mengurusi saya. Ibu kemana? Ternyata ibu sedang menangis. Papa gak ada. Papa
saya pergi. Gak ajak saya dan Ibu juga nenek.
…
Saya
gak pernah liat Papa sejak lahir. Mungkin pernah, tapi saya lupa. Kata Ibu,
Papa pergi sama wanita sihir. Wanita sihir bu?
Iya, wanita sihir yang sudah menghancurkan Ibu. Menghancurkan keluarga
kita. Emang, wanita sihir itu habis ngapain bu? Ibu cuma diam dan menangis
lagi. Papa kemana bu?
…
Mereka
kira saya ga dapat diatur. Mereka kira saya ga bisa berpikir. Mereka kira saya
ga bisa apa-apa. Mereka pikir saya ini aib. Betulkah?
Mereka
kira saya diam tak berpikir. Padahal diam saya bukan tak berarti. Saya hanya
bertanya-tanya, mengapa saya harus lahir?
…
Hari
ini aku melihat ibu tersenyum. Ibu cantik kalau tersenyum. Fachri suka. Tapi,
itu siapa bu?
Tiba-tiba
hari ini di rumah kedatangan 2 orang baru. Ibu bilang itu Ayah dan adik Salsha.
Ibu juga bilang bahwa mereka akan selamanya tinggal di sini. Kata Ibu, karena
saya sudah lebih dewasa, saya tidak boleh mengganggu Salsha.
…
Kata
Ibu, saya harus baik-baik di Sekolah. Saya senang Sekolah. Tapi kenapa nenek
terus menerus menganggap saya ga bisa apa-apa? Memang saya kenapa?
…
Hari
ini saya kesal! Saya kesal sama Ayah. Ayah marah-marah aja sama ibu. Maafin
Fachri ya bu… gara-gara Fachri ibu dimarahin terus sama Ayah. Fachri pingin
ketemu Papa. Fachri rindu Papa…
Saya
ga pernah sekolah lagi, sejak Ayah marah-marah sama Ibu. Kata Ayah, saya cuma
buang-buang duitnya saja. Emang iya ya bu?
…
Ibu…
Fachri pingin ketemu Papa… Ibu cuma melihat saya sedih. Kemudian Ayah marah
sama saya. Saya semakin kesal, kenapa Ayah marah pada saya? Saya hanya ingin
bertemu Papa. Kekesalan saya semakin menjadi. Ayah mengambil sesuatu dari
kamar. Lalu keluar dan melemparkannya ke depan saya. Ayah semakin marah. Ia
menginjak-injak foto ayah saya. Saya sedih. Saya berusaha merebut foto itu.
Tapi ayah pun semakinmarah dan lagi-lagi menginjak-injak dan mengumpat kasar
Ayah saya. Ayah bilang, untuk apa saya bertemu dengan Papa. Ayah bilang, Ayah
yang selama ini member makan saya, bukan Papa. Tapi saya tidak peduli. Itu Foto
Papa saya. Itu Papa saya! Ayah memukuli saya dengan selang. Ibu menolong saya
hingga terkena sabetan selang! Ibu! Maafin Fachri!
…
Ibu
bilang, saya sekarang akan bertemu dengan Papa. Horeeee!! Akhirnya saya ketemu
Papa! Rumah Papa jauh yah bu… kata Ibu, rumah Papa beda wilayah (provinsi)
makanya terasa sangat jauh… saya sudah tidak sabar ingin ketemu Papa!
Akhirnya
saya berhasil bertemu Papa! Dan si wanita sihir… tidak tergambarkan bahagianya
saya waktu itu… Ibu dan Tante Cuma tersenyum melihat saya. Ibu bilang, Fachri
boleh tinggal sementara dengan Papa. Terima kasih Ibu!
Dingin.
Sepi. Itu rumah Papa. Papa pergi terus. Ada di rumahpun Papa gak pernah mau
main sama saya. Saya jadi sering di rumah sama wanita sihir dan anak kecil.
Saya sering melihat wanita sihir itu masak. Sepertinya enak. Anak kecil itu
makan sangat lahap. Saya minta, tapi saya tidak pernah diberi. Wanita sihir itu
pelit! Dua hari saya tidak diberi makan. Padahal saya lapar. Saya pergi saja
dari rumah. Rumah itu tidak menginginkan saya. Saya berjalan lurus
berkilo-kilometer… berhari-hari.. Ibu.. Ibu dimana?
…
Mataharinya
panas. Saya capek bu…. Ibu dimana? Saya bodoh! Saya lupa rumah Papa. Saya pun
lupa rumah Ibu dimana. Saya harus bagaimana?
Lelah
kepanasan, kehausan, saya duduk dekat deretan tukang becak. Mereka tidak ada
yang bertanya. Apa saya sudah terlihat seperti orang gila?
…
Hari
itu saya bahagia, tiba-tiba saya bisa bertemu Ibu lagi! Ibu memeluk saya erat
sambil menangis. Ibu… Fachri kangen ibu… ibu beri saya banyak makanan. Senang
sekali! Ibu Tanya kenapa Fachri pergi dari rumah Papa. Saya jawab saja saya ga
dikasih makan sama wanita sihir. Berapa hari? Saya jawab dua hari. Wajah ibu
memerah, dan menangis. Sepertinya ibu marah…
Ya,
ibu ternyata memang marah. Ibu mengajak saya kembali ke rumah Papa. Saya ikut
saja. Karena sudah ada ibu. Saya nyaman bersama ibu. Sampai rumah Papa, ibu
marah-marah. Marah-marah sama Papa, sama wanita sihir itu juga. Semakin marah
karena Papa memang tidak berusaha mencari saya. Saya cuma bisa diam. Lama ibu
marah-marah dengan Papa dan si wanita sihir. Ibu bilang, tidak akan pernah
mengantar saya lagi kesini. Dan saya dengar, Papa menjawab… “bawa saja anak
itu! Saya tidak pernah menginginkan anak itu disini! Urus saja sendiri!”
Papa?
Papa buang saya…?
…
Saya
pulang lagi ke rumah Ibu. Bertemu nenek yang baik, Ayah yang galak, Salsha yang
ga pernah mau ditanya. Katanya malu punya kakak seperti saya? Ibu, benarkah
saya itu aib bagi keluarga ini?
Saya
semakin lebih suka diam. Waktu itu saya pun pernah memergoki Ibu menangis…
dihadapan Ayah yang sedang memarahi Salsha… yang kudengar, Salsha tidak suka
Ibu. Salsha kesal dengan Ibu. Salsha benci sama Ibu. Padahal, ibu saya baik…
Anggap
saja saya sudah dewasa. Kata ibupun saya sudah akhil baligh. Apa ya itu? Ibu
mengajak saya pergi jauh dari rumah… katanya saya harus belajar lagi. Supaya
bisa mandiri. Mau kemana sih bu?
…
Sampai
di tempat yang Ibu bilang sekolah…, saya langsung dimandikan oleh bapak-bapak
berpeci dan bersarung. Dingin bu…! Dingiiin! Tolongin Fachri!!
Ibu,
kenapa ibu ga berusaha nolongin saya…? Saya salah apa? Gak lama, ibu malah
bilang… “sehat-sehat ya nak… semoga keadaan kamu semakin membaik… bisa belajar
mengaji bareng pak ustadz.. bulan depan ketemu lagi ya sama ibu. Baik-baik
disini… “ lalu ibu pergi masuk ke mobil…
Loh,
kok ibu malah tinggalin saya?!
Salah
saya apa bu?!
Ini
pasti ide Ayahnya Salshakan?!
Ibu
kenapa pergi?!
Maafin
Fachri bu!
+++
*Cerita ini berdasrkan kisah nyata yang telah dikembangkan oleh penulis
*Nama dalam cerita sudah penulis ganti
*Cerita ini bersambung ke dalam posisi si Ibu, Ayah, dan Salsha
*Ada yang mengerti apa permasalahan Fachri ini?
#basedontruestory
#ceritasehari-hari
#ceritadalamkeluarga
#Asramapunyacerita
Komentar
Posting Komentar