#1 Ciliata Renaoki


Pagi-pagi sekali suasana rumah itu sudah ramai. Dimulai dari arah dapur terdengar suara antara perpaduan pisau dan talenan kayu. Ternyata seorang perempuan paruh baya sedang sibuk mengiris-iris bawang. Perempuan itu lebih sering dipanggil Mama di rumah itu. Beralih ke sebuah kamar mandi yang berada tak jauh dari dapur. Nampak seorang anak lelaki menggedor-gedor pintu kamar mandi itu sambil berteriak “Ayah! Cepatlah! Aku sudah hampir kesiangan! Lama sekali di air!” dan hanya terdengar jawaban singkat “Iya sebentar lagi de.” Dan ruangan terakhir yang tak kalah sibuknya adalah kamar yang berada di lantai atas. Meskipun dia hanya sendiri namun wajahnya gelisah ketika ia tak mendapati pakaian yang ingin dia pakai saat itu. Dia pun segera menuju pintu kamar dan berteriak ke bawah. “Maaa! Kemeja hijauku yang baru ku beli kemarin mana!?” tak berselang lama suara wanita dari bawah menjawabnya “oh, mungkin masih di tempat cucian kering. Coba cari saja oleh mu!” Ahh gak beres nih kerjaan mbak Uci... selalu begini.  Dia pun bergegas mencari kemejanya ke ruang belakang. Tak perlu waktulama akhirnya perempuan itu pun mendapatkan pakaiannya. Kemeja hijau toska bergaris putih di jajaran kancingnya. Dia pun langsung menyetrikanya di tempat tersebut. Sesaat kemudian terdengar suara itu lagi, suara dari arah dapur. “Oki! Sudah ketemu?!” perempuan yang ternyata bernama Oki itu pun lantas menjawabnya sambil berteriak pula. “Sudah Maaa!”.
###
Lagi-lagi perempuan bernama lengkap Ciliata Renaoki itu menengok jam tangan hitam yang melingkar di pergelangan tangan kirinya. Ahh nampaknya aku tidak akan terlambat. Dia berjalan santai menuju halte bus sampai akhirnya tiba-tiba panik ketika melihat bus yang ada di halte itu mulai melaju kembali. Oh no! Oki berlari mengejar bus itu sambil berteriak berusaha untuk menghentikan bus tersebut namun sayang langkahnya tak bisa mengalahkan laju bus tersebut suaranya pun tak mampu menandingi riuhnya suara di jalan raya. Oki menatap bus itu dengan tatapan muram. Napasnya tersengal-sengal tubuhnya sudah mulai menghangat. Kenapa bus itu bisa datang lebih cepat dari hari biasanya! Oki mengutuki persiapannya yang kurang baik pagi ini.  Hari ini adalah hari pertamanya kerja. Mana mungkin anak baru terlambat, sudah pasti akan di blacklist oleh sang bos. Oki pun duduk di halte sambil meratapi kebodohannya. Mengomel pada dirinya sendiri. Sampai mulutnya ikut menjadi runcing, seperti halnya hidungnya. Menghentak-hentakkan kedua kakinya ke tiang yang berada sisampingnya. Bodoh!
###
“Selamat pagi Mbak Harun! Apakah briefingnya sudah dimulai?” tanya Oki dengan cepat mengambil posisi disamping wanita berjilab merah dan modis itu. “Belum, Pak Goro belum datang. Tumben sekali dia datang terlambat. Bersyukurlah kau masih selamat” bisiknya sambil tersenyum manis memamerkan kedua lesung pipinya. Ahh syukurlah...Terlihat sekali kelegaan di wajah Oki. Persiapan yang tak matang hari ini masih diselamatkan Tuhan. Thanks God! Katanya berseru dalam hati. Tak lama kemudian Pak Goro datang dengan tergesa-gesa dan memohon maaf atas keterlambatannya pagi itu. Sambil mencatat hal-hal penting yang diutarakan bosnya dan menatap satu persatu orang yang akan menjadi rekan kerjanya nanti. Dan Oki melihatnya. Oki melihat seorang laki-laki yang juga sedang melihatnya sembari tersenyum. Hei! Bukankah dia itu....
###
Selesai briefing Oki mulai berjalan menuju meja kerjanya. Baru saja Oki duduk dia tersadar laki-laki tadi pun duduk tak jauh dari tempatnya. Bahkan mungkin hanya terpisah tiga langkah saja. Meja kerjanya persis berada di samping meja kerja Oki. Ini karena ruang kerja yang dibuat oleh kantor hanya dibuat memanjang dan diberi sekat-sekat kayu saja. Oki pun menyapanya dengan ramah. “Hei, kau diterima di sini juga!” lak-laki itu tersenyum sama ramahnya dengan Oki. “Kau masih ingat aku?” tanya lelaki itu. “Ahh tentu saja. Kau jelas berada diurutan terakhir interview waktu itu bersamaku. Jadi hanya kita berdua yang diterima? Betapa banget yah...”

laki-laki itu kembali tersenyum. Menurut Oki senyumnya cukup menawan. Cukup layak jika disandingkan dengan senyuman Robert Pattinson. Sambil menata mejanya, lelaki itu kembali bertanya sambil menghadapkan kursi yang sedang didudukinya ke depan Oki. “oh ya, aku belum sempat berkenalan denganmu. Aku Taura Diantara. Panggil saja Tora. Kau?” Lelaki itu tampak mengulurkan tangannya. Begitupun dengan Oki. “Aku Ciliata Renaoki. Oki saja”

Mendengar nama Oki dahi lelaki bernama Tora itu sedikit mengkerut. “Namamu agak aneh didengar. Seperti...” belum sempat Tora melanjutkkan perkataannya, Oki dengan cepat menyambatnya. “Seperti nama orang Jepang? Hah, itu semua karena Ayah pecinta anime Jepang. Tapi sebetulnya aku tak memiliki darah Jepang sedikitpun. Orang tuaku Indonesia tulen, antara Sumatera dan Sunda”

Setelah mendengar penjelasan dari Oki iya mengangguk-anggukan kepalanya. “Hmm...senang berkenalan dengamu, Oki”. Oki hanya membalasnya dengan senyum dan berkata “Ya, mari kita mulai bekerja. Mohon kerja samanya, Tora”.

###

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Lalat Dalam Kesehatan ???

Mimpimu, cita-citamu bercerita.. ^^

Pratugas day 24