Who is ... ? #TheParagraph1

1st Paragraph by Desvian :
Perempuan berambut hitam dengan panjang sebahu duduk di salah satu kursi di sudut perpustakaan universitas, tengah hanyut dalam bacaannya sore itu. Cahaya matahari yang kemerahan menerpa wajahna lewat jendela yang membuat wajahnya seolah bersinar. Kuabaikan buku yang tadi kuambil dari rak dengan label hukum. Alih-alih membacanya, mataku sibuk mengawasinya seolah takut keindahan senja akan segera berlalu tanpa kuketahui. Ia melihat jam di pergelangan tangannya dan kemudian beranjak pergi. Hatiku mencelos. Haruskah aku mengikutinya? Tidak. Aku tak mau ia mengiraku lelaki aneh atau pennguntit, atau bahkan psikopat. Ah, tapi aku tak mau kehilangan kesempatan! Tubuhku baru saja beranjak dan hendak menuju ke arahnya, tapi akhirnya terduduk kembali ketika kulihat seorang lelaki merangkulnya dengan akrab. Aku terlambat. 
xxx
by Me : 


Entah sudah berapa kali aku urung mengutarakan hal ini. Dia persis seperti hantu. Selalu membuatku gugup tak berdaya dan akhirnya dia menghilang begitu saja. Ah, tidak biasanya aku seperti ini terhadap perempuan. Bahkan temanku sampai terheran-heran, bagaimana ini bisa terjadi. Ini bukan pengalaman pertamaku menggaet perempuan. Hingga akhirnya mereka bilang aku mungkin kena kutukan para perempuan yang patah hati. What? Patah hati?! Bukannya aku yang seharusnya patah hati selama ini?! Sekarang sudah 2013 Bro! Masih percaya dengan adanya kutukan? Aku sendiri jadi menanggapinya 50:50. Tidak ada yang tak mungkin kan di dunia ini. Wallahuallam..

Dan apakah aku benar-benar terlambat lagi? Tapi aku pun selama ini tak pernah mendengar dia berhubungan dengan lelaki, kecuali lelaki tadi. Siapa sebenarnya lelaki itu.
xxx

Senja yang kian menggelap, aku pulang dengan scooter merah peninggalan almarhum Ayah. Sebelum sampai di rumah, aku menyempatkan diri untuk mampir di warung Bu Dirman. Membeli beberapa penganan tradisional favoritnya Ibu. Aku hanya tinggal bersama Ibu, sedangkan kakak sudah menikah dan adikku sedang menjalani pendidikan militernya di Bandung. Maka di rumah hanya akulah yang dapat diandalkan Ibu. Mahasiswa tingkat akhir yang sedang repot dengan urusan skripsi daaaan.. dia?

Adzan Isya berkumandang ketika aku sampai di depan rumah. Sebelum aku masuk, entah mengapa aku menengok rumah di seberang sana. Ya, itu memang rumah dia. Perempuan yang tak pernah bisa ku sapa. Hei, siapa itu? Cepika cepiki denganya?! Mencium keningnya! Lelaki tadi kah?
xxx

Termenung dalam temaram kamar. Aku menerawang langit-langit kamar dan menatap jauh jendela kamarku yang nampak bersinar, akibat cahaya lampu jalanan. Keringat dingin tiba-tiba saja menyerangku, lelaki di depan tadi jelas berbeda dengan yang tadi aku lihat di kampus. Siapa laki-laki itu hingga berani mencium keningnya. Ini jelas sudah pertanda buruk bagiku. Apakah aku benar-benar sudah dalam keterlambatan lagi? mungkin ada baiknya aku mengikhlaskan ini semua. Agar aku tak jatuh terlalu jauh dalam rasa yang kelu.
xxx

Saat matahari muncul menantangku untuk beraktivitas, aku telah siap mengambil tantangan itu. Tak lupa ku cium tangan ibuku yang kian mengkerut tapi tetap lembut. Doakan aku Bu, Doakan agar aku mampu mengikhlaskan dia.
Baru saja aku berpamitan pada Ibu, seseorang memanggilku.
“Ham!”
Dan itu seperti suara yang selalu ingin ku dengar. Itu suara Krisan. Perempuan yang membuatku bergetar tak karuan. Getaran itu pun terulang kembali sekarang. Tubuhku kaku seketika.
“Ham!” Dia menghampiriku.
“Iya Kris...” dadaku berdebar hebat.
“Aku ikut kamu ya, bolehkan? Takut kena macet kalo naik kendaraan umum...”
Sungguh, ini kenyataan yang membuatku merana. Ketika aku berusaha mengikhlaskannya dia malah datang dengan sendirinya. Tapi ini membuktikan bahwa tak ada kutukan pada diriku. Oh, Kris... kenapa baru sekarang... aku berusaha menampakkan wajah termanisku.
“Boleh Kris. Kapanpun kamu mau,”
xxx

Hatiku sedang berada keadaan yang benar-benar tidak stabil. Berusaha ikhlas tapi akibat kejadian tadi pagi, semangat mengejar itu malah semakin menggebu. Tak pernah aku mencintai seseorang seperti ini. Dia membuatku hidupku berantakan.

Sampai siang ini mataku tak pernah melewatkan dia. Kemanapun dia pergi, selama masih terlihat. Memotret segala gerakan yang terjadi. Aku tak pernah mau melewatkan satu gerakannya yang indah itu. Sampai akhirnya selesai bimbingan, aku kehilangan lagi jejaknya. Ah, dia sudah pulang nampaknya. Aku pun pulang.
xxx

“Hallo? Dimana lu cuy? Gue ada kaset PS baru nih! Main nyok, kalo lu menang gue traktir besok di kantin!”
“Gue di rumah bro! Okeh, gue terima. Lumayan makan siang gratis besok. Hahaa”
“Tapi kalo gue yang menang, elu mesti beliin kaset india yang terbaru yak! Hahaaa”
“Dasar maniak Indihe lu!”
“Heheee... buruan. Gue lagi sendiri nih.”
“Siap”

Aku bergegas keluar rumah menuju rumah tetangga sebelahku. Malam itu bulan nampaknya sedang gembira, karena bentuknya sangat bulat sempurna. Sayangnya hatiku tak bisa sesempurna itu. Tanpa salam, aku langsung masuk saja ke dalam rumah itu. Langsung ke tempat yang aku tuju. Kamar Andri.

“Mau minum apa lu?”
“Apa aja. Jangan lupa camilannya yak!”
“Siap!”

Sambil menunggu Andri mengambil makanan. Aku memperhatikan beberapa poster dan mendadak tersenyum-senyum sendiri. Poster artis-artis India berjejer di kamarnya. Kebanyakan sih poster Aishwarya Rai. Terlepas dari itu semua, aku memandangi keadaan diluar sana lewat jendela kamar Andri yang berseberangan persis dengan kamar dia (Krish). Dan apa yang terjadi? Malam itu aku melihat dia berciuman dengan seseorang. Seseorang dengan rambut pendek berlekuk tubuh seperti perempuan!

xxx

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PETAI dan JENGKOL Sahabat sejati yang tak akan terpisahkan

2 manusia

Lalat Dalam Kesehatan ???