"Tunggu di situ, aku sedang menujumu!"

Sebelumnya di : Jangan kemana-mana di hatiku saja!


Waktu. Satu kata yang tak pernah akan ada habisnya mengiringi perjalanan kita, membayangi semua gerak ini, menghantui keimanan yang kian mundur. Membuat semuanya tergerak. Itu bukan hal mudah. Tapi waktu memberikan pilihan meskipun sulit, karena pilihan terbaik selalu terselip diantara pilihan yang mengakar jauh. Hari ini tiada yang lebih berarti dari segala kesibukan yang ada. aku lebih memilih mencari kesibukan lain daripada harus berdiam diri saja di rumah di tanggal merah ini. Padahal tanggal merah. Aku dan Restu sama-sama libur. Tapi entah kenapa sampai matahari tepat di kepalaku, dia masih belum menghubungiku. Bahkan sms-sms ku pun belum dibalasnya, begitu pula dengan telponku yang tak dia angkat. Mungkin dia kelelahan karena pekerjaanya yang semakin sibuk. Mungkin kali ini aku yang mesti bergantian memberikan kejutan setelah beberapa hari ini dia selalu berhasil mengejutkanku. Aku bergegas menuju dapur dan menyiapkan segala macam bahan untuk membuat brownies kukus toping kacang, favoritnya.

Satu jam kemudian, wangi dari brownies itu sudah mulai memenuhi dapur dan ruangan di dekatnya. 

“wangi nih! Mana testernya?”
“tenang Pah... aku juga buat untuk papah.. nih!” jawabku sambil mengeluarkan brownies dari loyangnya.
“terus, yg itu, buat? Restu?” tanya papah menunjuk brownies di atas meja makan.

Aku tersenyum. Aku tahu, senyumku sudah cukup menjawab pertanyaan papah. Dan papah hanya membalasnya dengan anggukan-anggukan kepalanya sambil menghampiri aku, meminta browniesnya.
***
Sepi. Motornya pun tak nampak. Jendela kamarnya pun tertutup. Sudah pasti tak ada Restu di sini. Dan tak terlihat ada tanda-tanda kehidupan di sore yang cerah ini. Mau bertanya ke siapa? Aku tak menyimpan nomor teman-teman Restu. Aku jadi menggerutu sendiri. Aku berdiam diri sejenak, memikirkan tempat yang mungkin dikunjungi Restu. Ahh... mungkin di bengkel temannya. Aku ingat kemarin dia sempat mengeluhkan kondisi motor antiknya. Hmm.. mngkin aku akan menyusulnya ke sana. Berbagi brownies dengan teman-temannya. Aku pun meninggalkan kontrakan kecil itu.
***
“Kok motor Restu gak ada Cim? Restu kemana?”
“tadi pagi dia memang ke sini... tapi udah gitu pergi lagi. Kagak tau deh kemana. Gak bilang dia. Emang dia juga gak bilang sama lo?”

Aku menggelengkan kepala. Keterlaluan nih Restu. Dia sama sekali tidak menghubungiku hari ini. Kenapa?! Aku pun pergi lagi dengan kekesalan yang semakin menjadi-jadi. Akhirnya, sambil berjalan meninggalkan bengkel itu aku pun menelponnya. 

“Ya Hann? Hallo?”
Mendengar jawaban Restu aku langsung menumpahkan segala kekesalanku hari ini. Aku memarahinya. Aku memprotes tindakan dia hari ini. Aku tak memberikan dia kesempatan untuk membela diri. Dan dia dengan sabar mendengarkan keluahanku. Akhirnya aku lelah juga. aku terdiam.
“Nah, sekarang posisi kamu dimana sayang?”
“Taman arah bengkel Ocim” jawabku ketus sambil menatap lurus ke jalan raya.
Oke. Tunggu di situ, aku sedang menujumu! Hanya sebentar. Oke?” tanya Restu. 

Tapi pandangan dan pikiranku sedang tertuju pada sesosok pria di sebrang sana. Dan aku melihat dia lagi Tuhan. Dia, yang bukan Restu. Sedangkan suara itu kian memanggilku,
 “Hallo Hann?!”
"Mas.. Harr-ri?"
 #13HariNgeblogFF

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Lalat Dalam Kesehatan ???

Mimpimu, cita-citamu bercerita.. ^^

Pratugas day 24