Cuti sakit hati
Tubuhku cuma satu, begitu pun
denganmu. Paru-paru ku sepasang, ginjalku pun sepasang, tapi jantungku hanya
satu. Bagaimana bila jantung ini berhenti sebelum aku memilikimu. Aku ingin
jantungmu dan jantungku menjadi sepasang. Agar jantung kita bisa dapat berdetak
secara bersamaan seperti apa yang aku sering khayalkan. Ahh... aku memang hanya
pandai menghayal tanpa mampu mewujudkannya. Mungkin aku hanya bisa menjadi
aliran darah yang keluar masuk mengantarkan segala zat yang dibutuhkan tubuhmu.
Ketika kau membutuhkanku, aku akan siap datang masuk ke jantungmu dan keluar
dari jantungmu ketika kamu sudah tak mebutuhkannya lagi. Aku itu pecundang.
***
Wohooo.... libur akhirnya tiba
juga! sebenarnya besok hanya weekend biasa. Tapi mungkin besok ada hal yang
tidak biasa dan aku menari-nari di depan cermin kamarku. Kemudian aku pun menjatuhkan
tubuhku di atas tempat tidurku yang penuh dengan kertas-kertas. Ahh... aku tak
peduli denan kertas-kertas ini. Aku hanya mau besok! Lagi-lagi aku tersenyum
sambil sesekali melirik ponselku. Tidak lama kemudian, ponselku bernyanyi dan
aku segera meraihnya. Hah... bukan dari dia.
“Hallo Min!”
“Ihh... kok elo sih!”
“ooo... ya sudah aku tutup lagi deh...”
“hehee... becanda Han..”
“sepertinya puteri Mini lagi bahagia. Ada apa gerangan?”
“heee....”
“ye... malah ketawa. Kenapa Min? Elu naik gaji? Traktir dooongg.....”
“gue habis ditembak Han... hihiii”
“HAH! Sama?!”
“Galih Haaaannnn!!! Huaaaa!!!”
Sejenak tak ada respon dari
Farhan. Namun...
“Wooo... selamet ye. Udah gak sakit hati lagi dong gara-gara si
Rendi...”
“gue cuti dari sakit hati Han! Rendi? Siapa? Hahaa”
“oia, dan elu terima si Galih?”
“heheee...”
“hasiiikk... Pejee lah Miiin......”
“Wuu......!”
***
Untuk kali ini aku yang mengambil
cuti. Cuti sakit hati. Cuti untuk hatiku yang kesekian kalinya mengalami sakit. Mungkin mulai
sekarang aku akan mengundurkan diri dari bagian aliran darahmu. Semoga hari-hari cutimu
indah, Minika.
Komentar
Posting Komentar