Wanita Indonesiaku
Rindu lama yang tak ubahnya semangkuk manisan yang selalu menggoda air liur ini untuk mengalir menembus ruangnya, batasannya. Rasanya sama persis seperti saat aku bersiap-siap berangkat ke puncak gunung Rinjani. Namun rasa-rasanya, rasa ini bisa melebihi itu semua. Ini semua terlalu manis, karena dia terlanjur manis.
Kemarin lusa adalah masa ketika
aku bertekad dan bersungguh-sungguh untuk mengatakan bahwa aku cinta negeri
ini, Indonesiaku. Aku cinta bangsaku. Aku cinta wanita Indonesia itu!
Langit nampak jelas mengembangkan
senyum hangat atas keputusanku. Sepertinya beliau mendukung. Aku menciptakan
jalanku untuknya dengan indah, biar hari esok wanita Indonesia itu akan sealu
terkenang dengan kesungguhanku.
Hari ini akan aku hadirkan yang
terindah untuh wanita Indonesiaku.
Tiba-tiba, abu-abu.
Langit menjadi jenuh dan hujan
pun merintik. Wanita Indonesiaku tak lagi berseorang diri. Dia bersama, DIA!
Komentar
Posting Komentar